TIGA KUNCI PERADABAN BESAR
Berkembangnya Pemikiran Politik Barat tidak terlepas dari proses dan pergolakn beberapa peradaban besar dunia. Runtuhnya suatu peradaban merupakan awal berkembangnya peradaban baru dunia. Arnold Toynbee mengatakan bahwa peradaban barat lahir dari kehancuran peradaban Yunani-Romawi. Ada 3 peradaban besar dunia yang berperan pada perkembangan Pemikiran Politik Barat yaitu:
1. Peradaban Yunani-Romawi
Barat berhutang budi kepada peradaban Yunani-Romawi hampir dalam semua aspek peradaban dan tradisi keilmuannya: seni, sains, filsafat, etika, politik, kedokteran, matematika dan lain-lain. Tradisi keagamaan barat saat ini juga memantulkan secara transparan tradisi keagamaan Yunani kuno yang memandang agama sepenuhnya bersifat duniawi, praktis, mengabdi pada kepentingan manusia. Selain itu Melalui karya-karya para sarjana dan filsof Yunani-Romawi, Barat mengenal empirisme dan rasionalisme. Yunani yang mengajarkan kepada barat agar menempatkan akal di atas segalanya, akal sebagai sumber kebenaran.
Dalam bidang filsafat politik, para filsof Yunani seperti Plato dan Aristoteles mempengaruhi pemikiran dan filsafat politik Barat sejak kelahirannya hingga perkembangan dewasa ini. Jejak pengaruh Aristoteles misalnya bisa dilacak dalam karya Machiavelli (sang Pangeran), Montesquieu (semangat hukum), teori Hegel tentang konstitusi negara sebagai ekspresi kesadaran diri negara, gagasan Mark tentang hubungan antara ekonomi dan politik, dan gagasan-gagasan Barat sekitar Konservatisme progresif maupun kritik-kritik terhadap demokrasi egalitarian.
Sumbangan terbesar peradaban Romawi kepada pemikiran Barat, terutama di bidang pemikiran system Hukum dan lembaga-lembaga politik. Misalkan Belanda yang menerapkan teori hukum di Indonesia yang bersasl dari Kode Civil Napoleon yang merupakan produk modifikasi hukum-hukum Romawi. Ada tiga bentuk pemikiran Hukum Romawi yang mempengaruhi pemikiran hukum Barat:
1. Ius Civile yang merupakan hukum sipil yang secara khusus diberlakukan untuk kalangan sipil dan warga negara Romawi, bukan warga negara lain.
2. Ius Gentium yaitu hukum yang diberlakukan untuk semua orang, terlepas apapun kewarganegaraannya, tidak memandang nasionalitas seseorang.
3. Ius Naturale yaitu suatu prinsip filsafat hukum yang menganggap keadilan dan kebenaraan selamanya sesuai dengan tuntutan rasional dan hakikat alam (kesamaan hak dimata hukum).
Dari segi pemikiran politik Romawi memberikan pemahaman kepada Barat tentang teori imperium. Teori imperium adalah teori tentang kekuasaan dan otoritas negara dimana kedaulatan dan kekuasaan dianggap sebagai bentuk pendelegasian kekuatan rakyat kepada penguasa negara. Maka menurut teori ini pada hakekatnya kedaulatan sepenuhnya milik rakyat. Penguasa politik hanyalah lembaga yang dipercayakan untuk memegang serta mempergunakan kedaulatan demi kebaikan seluruh rakyat. Dalam kerangka pemikiran inilah Romawi mengembangkan gagasan kontrak pemerintah yang kemudian dijadikan model teoretisi bagi para pemikir politik Barat seperti Locke, Rousseau dan Hobbes dan lain-lain.berdasarkan teori imperium ini, kekuasaan gereja abad pertengahan dikembangkan. Organisasi kekuasaan dan keagamaan gereja khatolik diadaptasi dari konsep imperium Romawi seperti pada gelar yang digunakan Paus sebagai kaisar pemimpin agama warga negara.
2. Peradaban Judeo-Kristiani
Peradaban Judeo-Kristiani merupakan peradaban kedua yang meletakkan dasar-dasar intelektual dan filosofis yang kokoh bagi pembentukan dan perkembangan peradaban Barat. Kita mulai dengan kontribusi perdaban Judeo atau Yahudi. Max Dimont, pakar sejarah peradaban Yahudi menjuluki orang-orang Yahudi sebagai orang-orang yang melahirkan peristiwa-peristiwa sejarah. Fakta-fakta sejarah memang menunjukkan peran historis itu. Para nabi dan Rasul Tuhan yang di Utus kedunia sebagian besar adalah keturunan Yahudi (Nabi Daud, Ayub, Ishak dan keturunannya, Rasul Paulus formulator konsep trinitas).
Kapan persisnya peran itu dimulai masih menjadi perdebatan, tetapi ada hipotesis orang-orang Yahudi memulai perannya di kawasan imperum Islam Andalusia Spanyol, peran itu dimulai ketika peradaban ini melahirkan filsof terkemuka Yunani Musa Ibnu Maimun atau Maimonides di abad XII-XIII. Orang-orang Yahudi juga berperan dalam proses peradaban renaisan Eropa (abad XIV-XVI). Mereka yang bermukim di Italia, Florence dan kawasan sekitarnya selama berabad-abad berhasil membangun kota-kota baru. Orang-orang Yahudi meskipun kelompok minoritas, menunjukkan keterlibatannya yang intens dalam dunia pendidikan, pengajaran dan publikasi ilmiah. Sebagian mereka menjadi avant-garde Intelektual. Di abad XVIII terjadi kontak intelektual antara pemuda-pemuda terpelajar Yahudi dengan peradaban Yunani-Romawi dan Islam. Di abad XIX dan XX, minoritas Yahudi Eropa melahirkan tokoh-tokoh besar di berbagai bidang pengetahuan dan filsafat seperti Hegel, Marx, Sigmund Freud, Nietzsche, Bertrand Russell, Schopenhauer, John Stuart Mill, Charles Darwin, Herbert Sperncer, Henry Bergson, Albert Einstein dan lain-lain. Dibidang seni lukis dan musik ada Goya, Turner, Delacroix dll. Di bidang kesusastraan ada Goethe, Keats dll.
Selain kepada warisan Yahudi, peradaban Barat juga berhutang budi pada warisan peradaban Kristiani. Salah satu fase penting dalam proses pembentukan peradaban Barat adalah abad pertengahan. Banyak sejarawan menilai abad ini sebagai fase sejarah Eropa yang Kelam dipenuhi pertumpahan darah karena perang antar agama, abad anti-intelektualisme dan maraknya takhayul dan irasionalisme. Meskipun demikian, patut dicatat bahwa di abad ini Eropa telah merintis jalan bagi terbentukknya suatu peradaban. Yaitu kektika mulai dibangunnya universitas-universitas, kota-kota baru, parlemen-perlemen dan berlakunya common law serta tumbuhnya negara-negara bangsa. Peristiwa historis penting ini tak lepas dari peranya para pemuka agama Kristen. Gereja berperan penting ketika imperium Romawi Barat sedang mengalami proses kehancurannya. Gereja mengambil alih banyak fungsi penting imperium dan membantu mengendalikan berbagai kekacauan sosial akibat kehancuran imperium Romawi. Lembaga-lembaga gereja juga telah membantu memperadabkan suku bar-bar, memperkenalkan cita-cita luhur menyangkut keadilan sosial serta menjaga dan mentransmisikan kekayaan warisan kuno Yunani-Romawi ke jantung peradaban Barat. Salah satu tokohnya di sini adalah Thomas Aquinas.
Puncak sumbangan agama Kristen kepada Barat adalah peranan agama ini dalam melahirkan gerakan Reformasi Protestan dengan tokohnya: Luther, Zwingli, Calvin.
3. Peradaban Islam
Warisan intelektual peradaban Islam merupakan pilar ketiga yang juga kontributif bagi lahirnya peradaban Barat. Bagi para pemikir Islam klasik bukanlah suatu kekeliruan menerima warisan intelektual dari manapun datangnya termasuk yang berasal dari Yunani-Romawi. Islam membiarkan bahkan dalam tingkat tertentu memperkaya peradaban-peradaban negeri taklukakannya mulai dari kawasan Andalusia Spanyol hingga dataran Cina.
Perang salib selama dua abad merupakan salah satu tonggak penting dalam proses interaksi antara peradaban Islam dan Barat. Selama tujuh abad (VIII-XV) peradaban Islam Spanyol secara gemilang berhasil mentransmisikan kebesarannya kepenjuru Eropa. Proses yang sama juga terjadi di pusat-pusat peradaban Islam lainnya, Sicilia, Kairo, Baghdad dan Alexandria. Tokohnya Ibnu Khaldun melalui karya monumental muqaddimah, kepada Barat, Khaldun telah menyumbangkan metodologi ilmiah berupa kajian teoritis empiris di bidang ilmu-ilmu sosial. Khaludun amat mengutamakan data-data empirik, verifikasi teoritis, pengujian hipotesis dan metode observasi yang kesemuanya merupakan dasar-dasar pokok dalam penelitian keilmuan Barat dan dunia pada umumnya. Tokoh lain sepeti Ibnu Haitham (Al Hazen) (965-1039) juga diakui sebagai ilmuan muslim yang berhasil mencerahkan tradisi pemikiran ilmiah Barat.yang merupakan ahli matematika, astronomi dan ilmu optik, Ibnu Rusyd adalah rasionalis pengikut aliran Mu’tazilah yang gagasan-gagasannya sangat kuat dipengaruhi Aristoteles. Ajarannya tentang kekekalan benda dan kefanaan jiwa telah melahirkan banyak pemikir bebas dan berpengaruh terhadap para pemikir Eropa seperti Albertus Maltus dan Thomas Aquinas.
0 komentar:
Posting Komentar